1. Model ADDIE
Robert Maribe Branch mengemukakan model ADDIE (akronim dari analyze, design, development, implementation, dan evaluation) sebagai pendekatan atau kerangka kerja yang efektif dan fleksibel dalam pemilihan media pembelajaran adaptif (Branch, 2009). Konsep ADDIE digambarkan sebagai berikut:
Prosedur
pengembangan media pembelajaran berdasarkan model ADDIE Branch (Branch, 2009)
adalah:
1.
Menganalisis kebutuhan kurikulum
baku, kondisi lingkungan belajar, dan target pengguna media,
2.
Merumuskan rancangan media
pembelajaran yang sesuai dengan hasil analisis,
3.
Merealisasi rancangan media
pembelajaran dengan melibatkan tim pakar atau teman sejawat untuk memberikan
masukan,
4.
Menggunakan media pembelajaran
adaptif dan meminta umpan balik dari pengguna tentang kualitas media
pembelajaran tersebut, dan
5.
Mengevaluasi dan merevisi media
pembelajaran (
- Fokus ketika tujuan atau sasaran yang jelas dinyatakan di depan untuk memandu siswa desain instruksi,
- Hubungan yang cermat antara setiap komponen, dan
- Proses empiris dan dapat direplikasi.
Model
Dick and Carey mencakup langkah-langkah berikut:
- Identifikasi tujuan instruksional
- Melakukan analisis instruksional
- Identifikasi perilaku masuk dan karakteristik pelajar
- Tulis tujuan kinerja
- Kembangkan item tes yang mengacu pada kriteria
- Mengembangkan strategi instruksional
- Mengembangkan dan memilih bahan ajar
- Mengembangkan dan melakukan evaluasi formatif
- Mengembangkan dan melakukan evaluasi sumatif (Khalil,2016).
Merupakan sebuah
model yang mengutamakan sebuah alur yang dijadikan pedoman dalam penyusunan
perencanaan program. Alur tersebut merupakan rangkaian sistematis yang
menghubungkan tujuan hingga tahap evaluasi (Pradhana,2014).
Model ini menekankan saling ketergantungan dari setiap langkah dalam proses, menyoroti pentingnya evaluasi, dan mengakui lebih banyak faktor lingkungan dalam pengaturan pendidikan (sumber daya dan dukungan, seperti anggaran, fasilitas, waktu, peralatan, personel dan bahan). Model Kemp juga sangat berguna untuk mengembangkan program instruksional yang memadukan teknologi, pedagogi, dan konten untuk memberikan pembelajaran yang efektif, andal, dan efisien (Ibrahim,2015).
Model Kemp terdiri dari sembilan elemen yang disusun secara melingkar dalam bentuk bentuk lonjong;
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa Model Desain Pembelajaran Kemp memiliki karakteristik berikut:
- Semua elemen saling bergantung.
- Semua elemen dapat dilakukan secara bersamaan.
- Pengembang dapat memulai dari mana saja.
- Kebutuhan pembelajaran, tujuan, prioritas, dan kendala menentukan solusi instruksional (Ibrahim,2015)
4. Model Borg dan GallModel ini dikembangkan oleh Walter R. Borg dan Meredith D. Gall (1983). Model ini juga merupakan model prosedural (cycle). Model awal yang dikembangkan 10 tahap atau proses yang mesti dilakukan.Kesepuluh langkah itu sebagai berikut.
- Research and information collecting (Penelitian dan pengumpulan data)
- Planning (Perencanaan)
- Develop preliminary form of product (Pengembangan produk awal)
- Preliminary field testing (Tes dasar awal)
- Main product revision (Revisi produk)
- Main field testing (Uji coba lanjutan)
- Operational product revision (Revisi produk lanjutan)
- Operational field testing (Uji coba lapangan)
- Final product revision (Revisi produk akhir)
- Dissemination and implementation (Diseminasi dan implementasi) (Defina,2018).
5. Model ASSURE
ASSURE merupakan sebuah desain pembelajaran
yang dirancang untuk difokuskan pada perencanaan pembelajaran agar terciptanya
aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien, khususnya pada kegiatan pembelajaran yang
menggunakan media dan tekhnologi. Desain pembelajaran model ASSURE lebih difokuskan pada perencanaan pembelajaran untuk digunakan dalam
situasi pembelajaran di dalam kelas secara aktual (Iskandar,2020).
Model ASSURE terdiri dari 6 tahap yaitu
(1) menganalisis pebelajar,
(2) menyatakan standar dan tujuan,
(3) memilih strategi, teknologi, media dan materi,
(4) menggunakan teknologi, media dan materi,
(5) mengharuskan partisipasi pebelajar,
(6) mengevaluasi dan merevisi (Dewi,2015).
REFERENSI
Akbulut, Y. (2007). Implications of two
well-known models for instructional designers in distance education: Dick-Carey
versus Morrison-Ross-Kemp. Turkish Online Journal of Distance
Education, 8(2),
62-68.
Batubara, H. H., & Ariani, D. N. (2019).
Model pengembangan media pembelajaran adaptif di sekolah dasar. Muallimuna: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, 5(1), 33-46.
Defina, D. (2018).
Model Penelitian dan Pengembangan Materi Ajar BIPA (Bahasa Indonesia bagi
Penutur Asing). Indonesian Language Education and Literature, 4(1), 36-51.
Dewi, N. K. R. A., Jampel, I. N., & Agung,
A. A. G. (2015). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif IPA Dengan
Model Assure Untuk Siswa Kelas VII SMP 1 Sawan. Jurnal Edutech
Undiksha, 3(1).
Iskandar, R., &
Farida, F. (2020). Implementasi Model ASSURE untuk Mengembangkan Desain Pembelajaran
di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4), 1052-1065.
Khalil, M. K., & Elkhider, I. A. (2016).
Applying learning theories and instructional design models for effective
instruction. Advances in physiology education, 40(2), 147-156.
Pradhana, D., Hobri, H., & Susanto, S. (2014). PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KARAKTER DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINIER SATU VARIABEL DI KELAS VII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 3 BANGSALSARI TAHUN AJARAN 2012/2013. KadikmA, 5(1).
Ibrahim, A. A. (2015). Comparative analysis between system approach, Kemp, and ASSURE instructional design models. International Journal of Education and Research, 3(12), 261-270.